Pengantar Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence / AI)
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligene / AI) adalah salah satu bidang
ilmu yang relatif baru dibandingkan dengan bidang ilmu yang lain dan
dimulai setelah perang dunia II. Nama Kecerdasan Buatan (AI) sendiri
mulai diperkenalkan mulai tahun 1956. AI saat ini meliputi banyak sekali
sub-bidang ilmu mulai dari yang umum (general AI, yaitu tentang
learning dan perception) hingga ke yang spesifik, seperti permainan
catur, pembuktian berbagai macam theorema matematika, menulis puisi,
menyetir mobil di jalan yang padat, dan mendiagnosa penyakit. Kecerdasan
Buatan (AI) terkait dengan pekerjaan-pekerjaan apapun yang terkait
dengan intelektual. Jadi Kecerdasan Buatan (AI) adalah bidang ilmu yang
benar-benar universal.
Definisi Kecerdasan Buatan (AI)
Ada delapan definisi yang diajukan oleh para ahli Kecerdasan Buatan yang disajikan dalam 4 aspek kategori yaitu, 1) berpikir secara manusiawi, 2) bertindak secara manusiawi, 3) berpikir secara rasional, dan 4) bertindak secara rasional.
Catatan:Ketika kita membedakan antara perilaku yang manusiawi dan rasional, tidak berarti bahwa yang dimaksud dengan manusiawi itu adalah manusia irrasional dalam arti "tidak waras" atau tidak stabil secara emosional. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kita tidaklah sempurna. Sama seperti tidak semua pemain catur adalah grandmaster, dan, tidak semua mahasiswa mendapatkan nilai A di ujian.
Masing-masing definisi dari para ahli tersebut kurang lebih adalah seperti berikut:
Kategori Berpikir Manusiawi
- “Adalah upaya baru yang menyenangkan untuk membuat komputer berpikir ... mesin-mesin bekerja dengan pikiran, dalam arti sepenuhnya dan harafiah.” (Haugeland, 1985)
- “Adalah otomatisasi aktivitas-aktivitas yang terkait dengan pikiran manusia, yaitu aktivitas-aktivitas seperti aktivitas pengambilan keputusan, pemecahan masalah, belajar ...” (Bellman, 1978)
Kategori Bertindak Manusiawi
- “Adalah seni membuat mesin-mesin yang melakukan fungsi-fungsi yang memerlukan kecerdasan (intelligence) bila dilakukan oleh manusia.” (Kurzweil, 1990)
- “Adalah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal dimana saat ini, orang masih lebih unggul.” (Rich and Knight, 1991)
Kategori Berpikir Rasional
- “Adalah studi tentang kemampuan-kemampuan mental melalui penggunaan model-model komputasional.” (Charniak and McDermott, 1985)
- “Adalah studi tentang komputasi yang memungkinkannya untuk memahami, menalar, dan bertindak.” (Winston, 1992)
Kategori Bertindak Rasional
- “Kecerdasan Komputasi adalah studi tentang desain/rancangan tentang agen-agen (benda-benda) yang cerdas.” (Poole et al, 1998)
- “AI ... adalah terkait dengan perilaku cerdas dalam berbagai artefak (benda-benda buatan manusia).” (Nilsson, 1998)
Kecerdasan Buatan (AI): berpikir manusiawi - menerapkan pendekatan dengan pemodelan kognitif
Untuk membuat suatu program tertentu berpikir seperti manusia, kita
harus terlebih dahulu memiliki cara untuk nentukan bagaimana proses
manusia berpikir. Kita perlu menyelidiki cara kerja pikiran manusia. Ada
tiga cara untuk melakukan ini yaitu, 1) melalui introspeksi – yaitu dengan mencoba untuk menangkap pikiran-pikiran kita sendiri ketika berproses, 2) melalui eksperimen psikologis – yaitu mengamati orang yang bertindak, dan 3) melalui pencitraan otak
(brain imaging)—yaitu mengamati otak yang berproses. Setelah kita
memiliki teori yang memadai tentang pikiran, maka akan bisa mengubah
teori tersebut menjadi program komputer. Bila perilaku input-output
program sesuai dengan perilaku manusia maka itu merupakan bukti bahwa
beberapa mekanisme program juga bisa beroperasi seperti manusia.
Contohnya, Allen Newell dan Herbert Simon, yang telah membuat GPS
(General Problem Solver) (Newell dan Simon, 1961), tidak hanya puas
karena program mereka bisa memecahkan masalah dengan benar. Mereka lebih
peduli dengan membandingkan proses melacak langkah-langkah penalaran
subjektif manusia dalam memecahkan masalah yang sama. Bidang ilmu lintas
disiplin tentang ilmu kognitif akan melangkah bersama dengan
model-model komputer dari Kecerdasan Buatan (AI) dan teknik-teknik
eksperimental dari psikologi untuk membuat teori-teori yang akurat dan
dapat diuji menganai pikiran manusia.
Kecerdasan Buatan (AI): bertindak manusiawi - menerapkan pendekatan Turing Test
Turing Test, yang diusulkan oleh Alan Turing (1950) dirancang untuk
memberikan definisi kecerdasan yang baik. Komputer dianggap lulus test
apabila si interrogator (penanya/pemeriksa) manusia, setelah membuat
pertanyaan tertulis, tidak bisa mengetahui apakah jawaban yang
dihasilkan (tercetak/tertulis) berasal dari jawaban manusia atau
komputer. Jadi komputer seperti ini akan perlu memiliki kemampuan
seperti berikut:
- Natural language processing: yang memungkinkan untuk berkomunikasi dengan baik dalam bahasa inggris.
- Knowledge representation: yang berfungsi untuk menyimpan apa saja yang diketahui dan didengar.
- Automated reasoning: yang berfungsi untuk menggunakan informasi yang disimpan untuk menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan baru.
- Machine learning: yang berfungsi untuk mengadaptasi hal-hal baru dan untuk mendeteksi dan memprediksi pola-pola.
Turing Test sengaja menghindarkan interaksi fisik antara si interrogator
dan komputer, karena pergerakan fisik manusia tidak diperlukan dalam
kecerdasan buatan ini. Tetapi ada yang disebut dengan total Turing Test,
yaitu meliputi sinyal video sehingga interrogator bisa menguji
kemampuan perseptual subject dan juga kemungkinan bagi si interrogator
untuk melewatkan obyek-obyek fisik. Untuk melewati total Turing Test,
komputer akan memerlukan:
- Computer vision: untuk memahami object-object, dan
- Robotics: untuk memanipulasi object-object dan bergerak
Enam disiplin ilmu ini yang membentuk sebagian besar Kecerdasan Buatan
(AI), dan Turing berhak mendapatkan kredit karena merancang suatu test
yang tetap relevan selama 60 tahun setelahnya. Tetapi para peneliti
Kecerdasan Buatan (AI) hanya mencurahkan sedikit usaha pada Turung Test,
karena menganggap lebih penting mempelajari prinsip-prinsip dasar
kecerdasan daripada menduplikasi kecerdasan dengan suatu produk contoh.
Penyelidikan tentang “terbang buatan” berhasil ketika Wright bersaudara
dan yang lain berhenti menirukan burung dan mulai menggunakan wind
tunnels dan mempelajari aerodinamika. Buku-buku teks teknik aeronautika
tidak menyatakan tujuan dari bidang ilmu mereka sebagai membuat “mesin
yang terbang persis seperti merpati sehingga mereka bisa menipu merpati
yang lain.”
Kecerdasan Buatan (AI): berpikir rasional - menerapkan pendekatan “hukum pikiran” (logika)
Filosof Yunani Aristoteles adalah salah satu orang yang pertama kali
mencoba mengkodifikasikan “berpikir yang benar”, yaitu proses penalaran
yang tak dapat dibantah. Silogisme-nya memberikan pola-pola untuk
struktur argumen yang selalu menghasilkan kesimpulan yang benar ketika
diberikan premise (pernyataan) yang benar, contohnya, “Socrates adalah
manusia; semua manusia adalah fana; karena itu Socrates adalah fana.”
Hukum pikiran semacam ini dianggap yang menentukanbagaimana cara kerja
pikiran. Studi pada bidang ini kemudian disebut dengan logika.
Para ahli logika abad 19 sudah mengembangkan notasi untuk
penyataan-pernyataan tentang semua jenis object di dunia dan hubungan
diantara object-object tersebut. (bandingkan dengan notasi aritmatika
biasa yang hanya menyediakan pernyataan dengan angka-angka). Pada tahun
1965, program sudah muncul yang secara prinsip bisa memecahkan masalah
apapun yang dideskripsikan dalam notasi logika. (meskipun bila tidak ada
solusi, program akan mungkin akan looping tanpa berhenti). Para ahli
logika di dalam kecerdasan buatan berharap untuk membuat program seperti
ini untuk membuat sistem-sistem yang cerdas.
Ada dua hambatan dalam pendekatan ini. Pertama, tidaklah mudah mengambil
pengetahuan informal dan menyatakannya ke dalam istilah-istilah yang
formal yang diperlukan oleh notasi logika, terutama bila knowledge
tersebut kurang dari 100% tingkat kepastiannya. Kedua, ada perbedaan
besar antara memecahkan masalah “secara prinsip” dan memecahkan masalah
dalam prakteknya. Bahkan masalah dengan beberapa ratus fakta bisa
menguras sumber daya komputasi dari komputer apapun jika tidak ada
panduan tentang bagaimana urutan langkah-langkah penalarannya.
Kecerdasan Buatan (AI): bertindak rasional - menerapkan pendekatan agent yang rasional
Agent adalah sesuatu yang bertindak (agent berasal dari bahasa latin
agere, yang artinya melakukan). Tentu saja, semua program komputer
melakukan sesuatu, tetapi agent komputer diharapkan melakukan yang lebih
dari itu, yatu bekerja secara otomatis, memahami lingkungannya,
bertahan selama periode waktu yang pajang, beradaptasi dengan perubahan,
dan menciptakan dan mengejar suatu tujuan. Agent yang rasional adalah
agent yang betindak untuk mendapatkan hasil yang terbaik atau, bila ada
ketidakpastian, hasil terbaik yang diharapkan. Pada Kecerdasan Buatan
(AI) yang menggunakan pendekatan “hukum pikiran” atau logika, penekanan
adalah pada penarikan kesimpulan yang benar. Proses pembuatan kesimpulan
yang benar terkadang menjadi bagian dari agent rasional, karena salah
satu cara bertindak rasional adalah dengan menalar secara logis terhadap
suatu kesimpulan sehingga tindakan tertentu akan mencapai
tujuan-tujuannya dan kemudian bertindak berdasarkan kesimpulan tersebut.
Sebaliknya, kesimpulan yang benar bukanlah sepenuhnya rasional, dalam
beberapa situasi tertentu, yang mungkin tidak ada hal yang benar untuk
untuk dilakukan, tetapi sesuatu tetap harus ada yang dilakukan. Ada juga
beberapa cara bertindak rasional yang tidak melibatkan proses penarikan
kesimpulan. Contohnya, melompat mundur dari tungku yang panas adalah
tindakan refleks yang umumnya lebih baik dibandingkan dengan tindakan
yang lebih pelan setelah meneliti dengan seksama.
Semua hal yang diperlukan untuk Turing Test juga diperlukan agent untuk
bertindak secara rasional. Knowledege representation dan automated
reasoning memungkinkan agent untuk mencapai keputusan yang baik. Kita
harus bisa menghasilkan kalimat yang bisa dipahami dengan menggunakan
bahasa alami dalam masyarakat yang kompleks. Kita perlu belajar tidak
hanya untuk pengetahuan saja, tetapi juga karena kemampuan kita untuk
menghasilkan perilaku yang efektif.
Pendekatan agent yang rasional ini memiliki dua kelebihan dibanding
pendekatan yang lainnya. Pertama, pendekatan ini lebih umum dibanding
dengan pendekatan “hukum pikiran” (logika) karena penarikan kesimpulan
yang benar hanya salah satu dari beberapa mekanisme yang mungkin untuk
mencapai rasionalitas. Kedua, pendekatan ini lebih bisa diterima oleh
perkembangan ilmiah dibanding dengan pendekatan-pendekatan berbasiskan
pada perilaku manusia atau pikiran manusia.